Selasa, 26 Februari 2008

Teknologi Ramah Perempuan

Teknologi Ramah Perempuan

Ditulis oleh Farid Ma'ruf di/pada Januari 19, 2008

Oleh : Dr. Fahmi Amhar
Peneliti Utama Bakosurtanal

Baitijannati. Adakah teknologi ramah perempuan? Bila ada, perlukah kita teknologi spesifik tersebut? Apakah istilah ”ramah perempuan” ini bukan bias gender?

Tema ini diangkat pada edisi paruh kedua bulan April ini karena tanggal 21 April sering diperingati sebagai Hari Kartini, hari kebangkitan kaum perempuan.

Kebutuhan Perempuan

Adalah fakta bahwa perempuan memiliki beberapa ciri-ciri fisik yang berbeda dengan laki-laki, dan karena itu perempuan memiliki sejumlah kekhususan. Perempuan tidak bisa kencing sambil berdiri, perempuan mengalami menstruasi, bisa hamil dan melahirkan, perlu menyusui dan paling cocok kalau seorang balita diasuh ibunya. Karena kebutuhan khususnya itu, Islam mensyari’atkan agar perempuan menutup auratnya dan mengenakan jilbab (baju kurung terusan) dan khimar (kerudung) bila berada di tempat publik. Pergaulan laki-laki dan perempuan pun sedapat mungkin dibatasi kecuali pada hal-hal yang secara syar’i diijinkan. Oleh karena itu jelas bahwa ada beberapa jenis teknologi yang akan lebih terasa ramah perempuan bila aspek spesifik tadi diperhatikan.

Selama ini bila orang bicara teknologi spesifik perempuan yang terbayang tidak jauh dari urusan ”macak-masak-manak”, atau berhias, memasak dan mengurus anak.

Berhias adalah aktivitas seputar kosmetik, perawatan rambut, wewangian, pakaian - termasuk pakaian dalam, pembalut, perhiasan hingga sepatu dan asesori lainnya.

Memasak – meski banyak laki-laki juga pandai memasak – tetaplah aktivitas yang lebih didominasi ibu rumah tangga. Ini aktivitas yang dapat melibatkan segala jenis alat dapur seperti pisau, panci, kompor hingga kulkas sampai makanan atau bumbu siap saji.

Mengurus anak – adalah aktivitas yang tidak tergantikan bagi seorang perempuan. Aktivitas ini dimulai sejak hamil, melahirkan, memandikan, menyuapi, mengajak tidur – termasuk memasangkan popok, sampai mengajak bermain sambil belajar.

Sepintas saja sudah mulai terbayang bahwa teknologi haruslah dapat meringankan tugas kaum perempuan pada aktivitas-aktivitas klasik itu. Padahal kebutuhan dan tugas kaum perempuan tidak hanya itu. Perempuan juga wajib menuntut ilmu, wajib berdakwah – termasuk di dalamnya ada aktivitas yang bersifat politis (menasehati orang yang berkuasa). Dalam menjalankan aktivitasnya itu, seorang perempuan terkadang harus berkomunikasi, bepergian, makan di restoran atau menginap di hotel.

Ramah Perempuan

Sesuatu disebut ramah perempuan kalau dia dapat memenuhi segala yang dibutuhkan perempuan, tanpa perempuan itu menjadi terusik harkat keperempuannya. Karena itulah suatu toilet disebut ramah perempuan kalau pertama-tama dia terpisah dari toilet laki-laki. Perempuan tak akan nyaman kalau harus antri di depan toilet bercampur laki-laki, sekalipun toilet itu sama-sama tertutup dan tidak harus berdiri. Namun yang kedua: toilet itu sendiri harus ”ramah”.

Contoh: di Jepang dikenal piranti ”Washlet”, yaitu toilet yang sudah dilengkapi alat penyemprot air untuk cebok. Di situ ternyata ada dua penyemprot, satu universal (ke arah dubur), dan satu variatif – ke kemaluan, dan ini jelas beda letaknya antara laki-laki dan perempuan.

Washlet – WC ramah perempuan, lazim di Jepang

Dalam aktivitas yang spesifik perempuan, teknologi pada umumnya sudah didesain ramah perempuan, walaupun tentu saja ada yang lebih ramah dari yang lain. Namun pada urusan yang bersifat umum, masih banyak teknologi yang harus dimodifikasi.

Dalam dunia transportasi misalnya. Hingga sekarang masih jarang kita temui sepeda motor yang dapat dipakai berdua namun ramah perempuan. Perempuan yang duduk miring sebenarnya telah meningkatkan resiko keselamatannya dalam berkendaraan. Namun kalau duduk lurus, dia mengalami masalah dengan busananya.

Masih terkait transportasi adalah halte bus / kereta dan tempat parkir. Untuk kereta, bisa didesain wagon khusus perempuan, sehingga haltenyapun otomatis terpisah. Pada wagon yang tidak khusus perempuan, sebaiknya perempuan disertai suami atau mahramnya.

”This car is only for women” – kereta di Jepang

Untuk bus hal ini sulit direalisir, karena komposisi penumpang yang naik sepanjang rute bus itu bisa bervariasi.

Untuk tempat parkir, terlebih yang ada di basement suatu gedung, perlu fasilitas yang lebih ramah perempuan, misalnya pencahayaan yang lebih baik. Kalau hal itu dirasa akan memboroskan listrik, maka dapat dibuat karcis khusus perempuan yang juga dilengkapi pemancar kecil untuk menghidupkan lampu tambahan, dan sekaligus juga sebagai alarm kalau terjadi sesuatu.

Perempuan yang sering memiliki keperluan syar’i untuk bepergian juga perlu teknologi untuk membela diri. Teknologi ini tidak cuma penyemprot larutan cabe atau mrica, namun dapat pula berisi alarm dengan sirene yang sangat keras. Di dunia global positioning system (GPS) dikembangkan pula chip yang dapat memberi informasi lokasi seseorang yang membawanya ke suatu komputer yang terhubung. Jadi dapat diimajinasikan: seorang perempuan yang membawa chip itu, dan rute perjalanannya sudah jelas, maka bila tiba-tiba tanpa penjelasan ada penyimpangan rute hingga di luar toleransi, ada kemungkinan dia dalam bahaya. Maka komputer ini bisa mengaktifkan satuan pengamanan untuk menolong perempuan itu.

Kemudian di dunia pendidikan. Pada kelas campuran atau kelas perempuan dengan guru laki-laki, terkadang ada kecanggungan ketika berinteraksi, sekalipun itu sebatas transfer ilmu. Di sinilah teknologi berperan. Material belajar mandiri secara interaktif dapat dipandang sebagai teknologi yang lebih ramah perempuan. Demikian pula dengan komunikasi via internet, di mana perempuan dapat berdakwah atau bahkan beraktivitas politis lainnya secara langsung, tanpa harus keluar rumah dan bersinggungan dengan laki-laki, sekalipun internet belum mampu menggantikan 100% aktivitas di lapangan.

Internet juga memiliki potensi mengoptimalkan sebagian aktivitas klasik perempuan. Misalnya ”smart kitchen”. Sebuah dapur dilengkapi komputer yang menyimpan ratusan resep dan merekomendasikan menu harian yang sehat dan berimbang. Menu ini bisa diprogram sesuai selera isi rumah selama misalnya sebulan. Ibu rumah tangga cukup mengikuti saran yang diberikan setiap hari. Setiap bahan masakan yang diambil dilewatkan dulu ke suatu scanner untuk didata. Dengan demikian komputer selalu tahu apa saja yang tersedia di rumah, dan kapan dia secara otomatis harus memesan belanjaan yang diperlukan, sebelum semuanya habis. Kalau sistem ini terhubung dengan on-line-shopping, maka petugas supermarket terdekat akan mengantar belanjaan yang dibutuhkan, tanpa sang ibu repot-repot keluar rumah. Dia dapat memiliki waktu lebih banyak untuk suaminya, anak-anaknya atau untuk dirinya sendiri.

Kalau teknologi ramah perempuan ini dikembangkan juga oleh para insinyur muslim pecinta syari’ah, insya Allah dia akan menjadi ”teknologi ramah muslimah”. (www.baitijannati.wordpress.com)



Sumber : Suara Islam, no. 19, minggu III-IV

Bagi yang akan - sedang - dan bosan menikah

Bagi Yang AKAN, SEDANG DAN BOSAN menikah

Ditulis oleh Farid Ma'ruf di/pada Januari 28, 2008

Oleh : Yumna

Baitijannati. Sebuah kecenderungan yang dimiliki kaum wanita pada umumnya adalah berbagi rasa, berbagi kesedihan dan kebahagian dengan shahabat terdekat mereka. Dan obrolan yang tidak jarang kita dapati adalah obrolan yang menyangkut permasalah cinta, anak dan keluarga (baca:suami) . Mulai dari yang ingin sekali menggenapkan dien, berusaha mengatasi permasalah yang terjadi dalam kehidupan pernikahan atau keinginan untuk meminta cerai. Tulisan berikut patut dibaca oleh siapapun yang akan menikah, dalam masa kehidupan pernikahan dan juga yang sudah bosan untuk menikah (berfikir untuk bercerai).

Beberapa TIPS

Bagi siapapun yang sudah beristri atau bersuami pasti pernah merasa bosan, suntuk, marah, jengkel, ataupun gelisah melihat suami atau sesaat setelah mendapat perlakuan suami. Kejengkelan itu kadang diutarakan dalam bentuk “Aksi diam” atau terkadang dengan teriakan marah bahkan ada yang samapai mencaci dan mengungkit kekurangan dan kesalahan suami di masa lampau. Jika hal ini dibiarkan maka akan bisa mendorong kepada tindakan yang melapau batas, rasa kalut, marah dan putus asa akan bisa berubah menjadi tindakan nekat seperti kabur dari rumah sampai sampai usaha mengakhiri hidup (baca: bunuh diri)

Sebelum itu semua terjadi, tolong renungkan sebentar dan pertanyakan diri kita sendiri, sudahkah kita mengikuti beberapa cara berfikir dan bertindak seperti berikut:

  1. Pastikan pasangan kita tahu kalo kita sedang marah dan kecewa terhadapnya, karena pasangan kita bukanlah ahli ramal yang bias membaca pikiran orang. Jika kita tidak menyampaikan isi hati kita maka sampai kapanpun pasangan kita tidak akan mengerti kenapa kita kecewa kepadanya
  2. Pastikan bahwa “amarah” kita beralasan. Tak jarang ada wanita yang marah hanya karena suami salah pencet pasta gigi, atau suami yang menaruh sepatu melintang bukannya membujur atau suami menaruh kaos kaki di dekat meja makan dan tidak dirak sepatu yang ada, atau suami yang suka tidur miring kanan bukannya miring ke kiri. Jangan marah hanya dengan alasan yang seperti ini karena hal ini hanya akan membuat kita stress sendiri, marahlah jika ada aturan Allah yang mereka langgar, marahlah jika dia berbuat haram. Sisanya…Jangan!
  3. Sampaikan kekecewaan/ kemarahan anda dengan cara yang bijak dan penuh cinta. Marah adalah api, api bisa membakar, kalo sudah membakar pasti ada yang hangus dan jika sudah hangus maka tidak akan bias dikembalikan seperti sedia kala. Artinya jika kita menyampaikan rasa marah dengan penuh kemarahan dan kebenciana maka dijamin tidak akan membawa hasil! Contoh marah yang sopan: “Kanda sayang, dinda marah kepada kanda loh, kelihatan nggak dari wajah dinda? Inginkah kanda mengetahui apa yang bikin dinda marah??”
  4. Jangan marah bersama sama, karena kalo dua pasangan marah bersamaan maka rumah akan seperti hutan kebakaran, panas!! kalau pasangan kita jadi api, maka kita harus menjadi air buatnya, demikian juga sebaliknya agar panas itu segera redam, mungkin kita yang lebih sering menjadi air tapi tak mengapa karena justru nantinya keberadaan kita sebagai air akan dirindukan oleh sang api untuk mendinginkannya.
  5. Jangan pernah membawa bawa kesalahan tempo dulu. wanita cenderung ingat tentang kesalahan suami dari hari pertama menikah sampai berakhirnya pernikahan. Entah kenapa, sungguh menakjubkan kekuatan memori seorang wanita berkaitan dengan hal ini. Sayangnya jika sudah marah, ada sekian banyak daftar kesalahan yang harus si wanita sebutkan untuk membuat lawan bicara (baca: suami ) KO. Hal ini tidaklah patut dilakuakan seorang wanita karena kalo sebagai wanita sudah merasa ‘lebih’ benar dari suami maka isteri akan kehilangan kepercayaan dan simpati dari suami. Sampai sampai bagi suami, istr tak ubahnya sebuah ember kosong yang nyaring bunyinya setiap kali dipukul.
  6. Jangan pernah berangkat ke peraduan sambil memendam rasa marah yang tak terungkap. Sampaikan sebelum kita beranjak tidur, minta lah maaf jika memang perlu karena siapa tahu Allah tidak mengembalikan nyawa kita ke jasad kita kembali (baca: meninggal dunia di tempat tidur).
  7. Kita bisa cuek terhadap seluruh dunia tapi jangan pernah kita cuek terhadap pasangan kita sedikitpun.
  8. Ingatlah..bahwa dibalik suami yang sukses ada isetri yang bekerja keras tak kenal lelah untuk mendukung suaminya. Mungkin kita tidak dikenal dan diakui dunia tapi jika suami berhasil maka dunia mengakuinya bahwa sebenarnya itu adalah keberhasilan sang wanita sebagai teman hidupnya.
  9. Ingatlah bahwa untuk bertengkar membutuh 2 orang, Jika salah satu mengajak bertengkar dan yang lain berusaha diam dan menyingkir maka dijamin pertengkaran tidak akan terjadi.
  10. Jika kita berbuat salah, cobalah untuk mampu mengakuinya karena mengakui tidak membuat kita buruk di hadapan pasangan tapi justru dihargai karena kita berjiwa ksatria.
  11. Sekali sehari, jangan pernah lupa mengucapkan hal manis kepada pasangan kita, entah itu komentar terhdapa baju yang dia pakai, parfum, masakan atau sekedar senyum pasangan kita.
  12. Jangan pernah pergi ke tempat tidur tidur lebih dari 10 menit setelah pasangan kita pergi tidur.
  13. Ingat juga bahwa pasangan kita lebih penting dari radio, televisi dan terlebih komputer .
  14. Dengarkan pasangan kita dengan penuh perhatian ketika mereka berbicara, jika perlu tataplah matanya dan jangan membuang muka. karena jika kita melakukannya maka lain waktu mereka tidak akan membagi perasaannya dengan kita.
  15. Kenalilah jika pasangan kita memakai hal hal baru, rambut baru, baju baru, anting dan kalung dan berilah komentar.
  16. Jangan pernah pelit memberi pujian kepada pasangan karena kita tidak akan kehilangan apapun jika kita memuji pasangan. Justru sebaliknya, pujian akan makin memupuk rasa kasih diantara kedua pasangan.
  17. Jangan pernah mengumpat dan menghina pasangan kita dengan sengaja, karena tulisan bisa di hapus, tapi perkataan tidak bisa dicabut. sekali terucap, bekasnya akan selalu ada disana!
  18. Jangan pula mahal menyampaikan ucapan terima kasih, ucapan paling bagus adalah Jazakumullah khairan katsira, dan jangan pula malu menyampaikan isi hati kita dihadapan pasangan kita. misalkan sebelum berangkat kerja sampaikan :”I love you, Honey!” dan tidak cukup itu sampaikan pula doa untuknya : “semoga Allah memberkahi langkah mu mencari nafkah hari ini, Sayang!” atau “semoga Rezeqi yang engkau peroleh hari ini barakah, Wahai Cinta!” perlu diingat bahwa doa yang menembus langit ke tujuh dan langung diterima Allah adalah doa seorang isteri untuk suaminya.
  19. Ada bagusnya dibuat sebuah aturan aturan, siapa yang bangun terakhir maka dia yang merapikan tempat tidur. Memang itu tugas isteri tapi jika ada suami yang mau melakukannya untuk anda maka anda beruntung memilikinya!
  20. Kenali jika pasangan kita tampak capek dan kelelahan, jangan banyak bicarakan masalah dan uneg uneg kita di saat seperti ini karena kemungkinan besar kitalah yang menjadi masalah baru. Tunggulah sampai si dia reda dan berilah tanggapan serta empati atau perhatian agar kelelahan si dia bisa terkurangi, syukur kalo bisa terobati karena wajah manis kita.
  21. Jangan pernah mengkritisi pasangan anda di hadapan publik, tunggulah disaat kita berdua saja dengannya. lagi lagi sampaikan dengan ‘bahasa kalbu’, jangan menghakimi tetapi gunakan pertanyaan yang mampu membuat dia berfiikir lagi tentang kesalahan yang telah dia perbuat. misal:”Sayang. ..,aku melihat kamu tadi begini, menurutku kurang pas, bagaimana menurutmu?”

Last but not Least

  • Ingatlah bahwa anda beruntung sudah memiliki pasangan hidup, masih banyak wanita diluar sana yang berharap bisa mendapatkan pendamping dan mereka berjanji pada diri mereka sendiri bahwa kelak mereka akan berusaha keras membahagiakan pasangan hidup mereka, so hargai nikmat Allah bagi anda yang sudah menikah!
  • Janganlah kita berharap memiliki suami sempurna jika kita sendiri tidak sempurna, apakah kita sudah sehebat Bunda Khadijah R.A hingga kita ingin suami sebaik Muhammad SAW? apakah kita setangguh Fathimah bin Muhammad R.A hingga kita berharap laki laki se-sholeh Ali bin abi tholib? jawabnya ada di dalam hati anda
  • Sebelum berfikir tentang perceraian dan perpisahan, carilah 100 hal buruk yang telah pasangan anda lakukan terhadap anda, jika anda menemukannya maka anda-lah yang kurang bersyukur hingga mampu melihat banyak sekali kekurangan orang lain. bagaimana dengan kekurangan anda sendiri? kalo-lah anda tidak berhasil menemukan 100 alasan maka jangan pernah terbersit kata cerai di benak anda…karena itu adalah godaan syaithan dan yang anda perlukan hanya kesabaran dalam berproses memahami pasangan anda. ingat! keberhasilan terbesar syaithan adalah jika dia berhasil memisahkan suami dan isteri (baca:cerai) .
  • Jangan pernah membandingkan rumah tangga anda dengan rumah tangga orang lain, bandingkalah dengan rumah tangga Rosulullah Muahmmad SAW agar kita bisa menarik contoh dan pelajaran darinya.
  • Jangan pernah anda bandingkan pasangan anda dengan pasangan orang lain karena sungguh ketika Allah seudah menjadikan pasangan itu milik anda maka itulah yang terbaik, we just need to work for adjusting to each other.
  • Kalo memang anda tidak ingin suami menduakan cinta anda maka kembali ingatlah, apakah anda pernah menceritakan wanita lain kepada suami anda? jika ya? maka kemungkinan besar masalah itu anda sendiri yang mengundangnya.
  • Kalo anda melihat pasangan anda tidak betah dirumah, cek kembali perilaku dan tampilan anda, bisa jadi suami pulang anda masih bau bawang goreng, suami pulang rumah acak acakan, suami pulang anak anak masih belum mandi, suami pualng setrikaan dan cucian masih menumpuk dan suami pulang anda pun tidak menyiapkan diri dengan senyuman lebar yang menenangkan.

Mari kita lakukan apa yang mustinya kita lakukan, mari kita berfikir layaknya seorang wanita muslimah berfikir…. inshaAllah rumah tangga anda berhasil.

Semoga bermanfaat.. kalo ada tips yang kurang pas, mohon maaf, kalo ada bahasa yang aneh mohon maaf, kalo ada pelajaran maka semua kebenaran datang dari Allah semata. (www.baitijannati.wordpress.com)

Sekolah Rumah, Mengapa tidak?

Ditulis oleh Farid Ma'ruf di/pada Januari 28, 2008

Baiti Jannati. Ada tren baru di dunia pendidikan. Anak tak lagi disekolahkan di sekolah formal, tapi hanya belajar di rumah. Model pendidikan ini mulai tumbuh di Indonesia. Itulah homeschooling alias sekolah rumah. Salah satu tokoh yang menerapkan model pendidikan ini kepada anaknya adalah Kak Seto.

Dengan model seperti ini anak hanya belajar di bawah kendali orang tuanya. Gurunya adalah orang tuanya. Walaupun orang tua menjadi penanggung jawab utama homeschooling, tetapi pendidikan homeschooling tidak hanya dan tidak harus dilakukan oleh orang tua. Selain mengajar sendiri, orang tua dapat mengundang guru privat, mendaftarkan anak pada kursus, melibatkan anak-anak pada proses magang dan sebagainya.

Sesuai namanya, proses homeschooling memang berpusat di rumah. Tetapi, proses homeschooling umumnya tidak hanya mengambil lokasi di rumah, tapi juga di mana saja yang memungkinkan anak belajar.

Banyak alasan orang tua memilih homeschooling. Di antaranya, ingin meningkatkan kualitas pendidikan anak, tidak puas dengan kualitas pendidikan di sekolah regular, orang tua sering berpindah-pindah atau melakukan perjalanan, keamanan dan pergaulan sekolah tidak kondusif bagi perkembangan anak, menginginkan hubungan keluarga yang lebih dekat dengan anak. Selain itu, sekolah yang baik semakin mahal dan tidak terjangkau, anak-anak memiliki kebutuhan khusus yang tidak dapat dipenuhi di sekolah umum, ada keyakinan bahwa sistem yang ada tidak mendukung nilai-nilai keluarga yang dipegangnya, dan orang tua merasa terpanggil untuk mendidik sendiri anak-anaknya.

Metode pendidikan ini sangat tergantung pada orang tua. Di luar negeri, berdasarkan sebuah riset, mayoritas homeschoolers (71 persen) memilih sendiri materi pengajaran dan kurikulum dari yang tersedia, kemudian melakukan penyesuaian agar sesuai dengan kebutuhan anak-anak, keadaan keluarga, dan prasyarat dari pemerintah. Selain itu, 24 persen di antaranya menggunakan paket kurikulum lengkap yang dibeli dari lembaga penyedia kurikulum dan materi ajar. Sekitar 3 persen menggunakan materi dari sekolah satelit (partner homeschooling) atau program khusus yang dijalankan oleh sekolah swasta setempat.

Makanya, semuanya tergantung pada orang tua. Berbeda dengan sekolah, di mana orang tua harus mengeluarkan sebuah biaya tetap yang telah ditetapkan (biaya gedung, seragam, buku, iuran bulanan, dsb), para praktisi homeschooling memiliki fleksibilitas untuk menentukan jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk anak-anak. Tapi yang perlu diingat, homeschooling tidak gratis karena orang tua tetap membutuhkan materi-materi untuk pendidikan anak-anak dan memperkaya pengetahuan orang tua. Homeschooling dapat menjadi murah kalau orang tua dapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya, misalkan barang-barang yang di rumah, keluarga, teman, tetangga, dan fasilitas-fasilitas umum. Orang tua juga tidak harus membeli, tetapi dapat meminjam, membeli barang bekas, melakukan daur-ulang (recycle), dan sebagainya.

Pertanyaan berikutnya, bagaimana nanti untuk mendapatkan legalitas/-mendapatkan ijazahnya? Jika ijazah untuk Perguruan Tinggi yang menjadi kebutuhan, praktisi homeschooling dapat mengikuti ujian kesetaraan (Paket A, B, C) dan melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi seperti pendikan reguler pada umumnya. Tapi jika sertifikat yang menjadi pintu profesi, praktisi homeschooling dapat mengikuti kursus dan program sertifikasi yang banyak diselenggarakan oleh asosiasi profesi atau perusahaan swasta tertentu.

Profesi-profesi berorientasi output semakin luas dan memiliki masa depan yang cerah misalnya: bisnis, komputer, marketing, fotografi, entertainment, tulis-menulis, desain, dan sebagainya. Karenanyanya, homeschooling memiliki potensi besar untuk mengembangkan kemampuan dan keahlian anak-anak.[Mujiyanto/www.sekolahrumah.com/www.suara-islam.com]

Pergaulan Berbasis Syariah

Pergaulan Berbasis Syariah

Ditulis oleh Farid Ma'ruf di/pada Februari 15, 2008

Oleh : Sanusi

(Aktivis Muslim, Tinggal di Cibinong)

Keluarga Samara. Syariah melarang segala hal yang menyuburkan penyakit sosial. Islam melarang kaum Muslim melakukan hal-hal yang dapat mendekati zina. Islam melarang siapapun keluar dari sistem Islam yang mengatur hubungan antara lawan jenis ini. Islam menetapkan sifat ‘iffah (menjaga kehormatan) sebagai suatu kewajiban. Saat muncul masalah yang berkaitan dengan kodrat kemaskulinan atau kefemininan, syariah mendatangkan taklif hukum sesuai dengan kodrat itu. Misalnya, peran pokok perempuan adalah sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Ia memang boleh—bahkan dalam kadar tertentu wajib—melakukan aktivitas lain yang telah digariskan syariah seperti menuntut ilmu, berdakwah dan juga harus berpolitik.

Namun demikian, Islam sangat berhati-hati menjaga masalah ini. Islam melarang segala sesuatu yang dapat mendorong terjadinya hubungan yang bersifat seksual yang tidak disyariahkan. Sebaliknya, Islam memandang kehidupan perkawinan sebagai sesuatu yang sangat menarik, bukan seperti hubungan majikan-bawahan. Kehidupan keluarga Islam tidak lain adalah persahabatan yang sempurna diliputi cinta, saling memahami dan menghormati serta kerjasama dalam menciptakan generasi-generasi tangguh pelanjut perjuangan dakwah.

Sebagian orang yang mengaku dirinya Muslim berupaya keras mengadopsi budaya barat. Media publik banyak menyuguhkan pornografi dan pornoaksi dengan berlindung di balik seni dan kebebasan berekspresi. Keahlian yang mereka miliki telah menjerumuskan mereka ke dalam kancah dosa. Pengelabuan diri sendiri seperti itu telah menjadikan hati para pembebek Barat tersebut semakin terkunci. Mereka menganggap hebat apa yang telah mereka raih karena sesuai dengan standar pergaulan Barat. Padahal pergaulan Barat sesungguhnya merupakan pergaulan hewani dan bukan sesuatu yang patut ditranformasikan. Apakah kemajuan jika pergaulan wanita-pria dijalankan tanpa ikatan pernikahan? Apakah kemodernan bila lebih dari 50% anak-anak di Barat lahir di luar pernikahan? Apakah suatu yang hebat ketika aborsi dilegalkan? Apakah termasuk peradaban luhur saat negara membolehkan homoseksualitas dan lesbianisme? Kini seluruh dunia tahu bahwa Barat sejatinya sedang sekarat.

Adapula kaum Muslim yang tahu kalau pergaulan ala Barat adalah pergaulan yang sesat, tetapi mereka secara akal-akalan mengambil sebagian budaya Barat lalu mencampuradukannya dengan adat-istiadat, dan mereka menganggap itu sebagai hal yang tepat.

Bentuk pergaulan Islam adalah sesuatu yang khas. Sistem ini adalah satu bagian dari syariah Islam yang wajib direalisasikan oleh umat Islam. Dengan syariah akan nyata Islam yang rahmatan lil ’alamin itu. Sistem ini memang diturunkan oleh Asy-Syari’. Sistem ini wajib diterapkan sebagai satu kesatuan dengan syariah dalam satu naungan negara yang akan segera tegak kembali, yaitu Daulah Khilafah ‘ala Minhaj an-Nubuwah. [www.keluarga-samara.com]

Mempersiapkan Anak Memasuki Usia Balig

Ditulis oleh Farid Ma'ruf di/pada Februari 15, 2008

Keluarga Samara. Dalam perkembangannya, seorang anak akan mengalami perubahan secara fisik maupun psikis dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Di antara dua masa tersebut, ada masa peralihan, yang biasanya dikenal dengan istilah remaja atau masa puber. Namun, dalam pandangan Islam status seorang hamba di hadapan syariah hanyalah diakui dalam dua fase, yaitu fase kanak-kanak dan fase dewasa atau balig. Adanya perbedaan di antara dua fase ini disebabkan perbedaan dalam hal terbebani hukum syariah (mukallaf) dan tidak terbebani hukum syariah (ghayru mukallaf). Seorang yang telah dewasa (balig) dan memiliki akal yang sehat secara otomatis terkena segala konsekuensi dan bertanggung jawab penuh terhadap seluruh perbuatan yang dilakukannya. Dia mendapat pahala dengan melakukan perbuatan wajib dan sunnah dan berdosa ketika meninggalkan perbuatan wajib atau melakukan perbuatan haram. Adapun anak kecil atau orang dewasa yang tidak sempurna akalnya, tidaklah terbebani. Inilah makna balig yang sesungguhnya menurut Islam.


Tanda-tanda Balig

Tanda-tanda balig biasanya terjadi ketika anak mencapai usia 10-15 tahun untuk anak perempuan dan 12-15 tahun untuk anak laki-laki, dengan ciri-ciri tertentu seperti: tumbuhnya buah dada, bulu-bulu halus pada anak laki-laki, suara yang membesar hingga terjadi menstruasi (haid) atau bermimpi (ihtilâm). Secara psikologis perubahan akan tampak pada rasa “ingin dilihat cantik atau jantan”, ketertarikan pada lawan jenis, emosi yang kadang-kadang meledak-ledak, dll. Namun, ada kalanya balig terjadi pada usia di bawah rata-rata, khususnya pada anak perempuan, yang disebabkan karena pengaruh hormonal, dan masih dianggap wajar selama telah menginjak usia 9 tahun. Karena itu, penting bagi orangtua untuk selalu mengamati perkembangan anak-anaknya dan mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan, baik secara fisik, mental, ilmu maupun amal sehingga saat balig kepribadiaan Islam anak telah terbentuk. Walhasil, anak telah terlatih untuk mengendalikan pola pikir dan pola sikapnya berdasarkan Islam serta siap untuk menerima segala konsekuensi syariah yang dibebankan kepadanya. Inilah pertanggung-jawaban terberat orangtua di hadapan Allah SWT.


Mempersiapkan Anak Memasuki Usia Balig

Mempersiapkan anak-anak memasuki usia balig tidak hanya semata-mata mempersiapkan mereka secara individu untuk bisa menjalani hidup, tetapi juga dalam rangka menjalankan tugas mulia sebagai hamba Allah Swt. Artinya, memasuki usia balig anak dipersiapkan agar siap menjadi pemimpin yang terbaik bagi umat pada masa yang akan datang untuk menegakkan kalimat Allah di muka bumi dan menyebarkan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin melalui tegaknya syariah dan Khilafah.

Berikut hal-hal yang dapat dilakukan orangtua dalam mempersiapkan anaknya memasuki usia balig seawal mungkin (sejak usia pra-balig, sekitar 7 sampai 10 tahun):

1. Mengokohkan keyakinan (akidah) yang telah ditanamkan pada usia dini dengan cara mengajak anak untuk mengamati obyek yang ada di sekitarnya (manusia, alam semesta dan kehidupan); bisa juga dengan bantuan CD yang berisi fenomena alam, binatang, tanaman, keajaiban laut, dll); atau dengan cara mengajaknya ke alam terbuka. Merangsang proses berpikir mereka pada pengakuan adanya Allah Swt. dan kebesaran-Nya serta pengakuan akan kelemahan manusia dan ketidakkekalan segala makhluk yang ada di dunia. Keimanan terhadap al-Quran dan kerasulan Muhammad saw. dengan cara menjelaskan mukjizat al-Quran melalui shirah Rasulullah saw. dengan bahasa dan retorika yang menarik, sekali waktu dengan cara bermain peran. Tujuannya agar terjadi penjiwaan pada diri anak terhadap shirah Rasul dan pembenaran al-Quran sebagai kitab yang diturunkan Allah Swt. untuk umat Islam.

2. Menanamkan konsekuensi beriman pada al-Quran, bahwa al-Quran berisi petunjuk dari Allah Swt. untuk keselamatan dan kebahagiaan umat manusia di dunia dan akhirat. Demikian pula bukti mengakui Nabi Muhammad saw. sebagai rasul adalah percaya kepada hadits-hadits beliau. Carilah contoh syariah—baik dari al-Quran maupun as-Sunnah—yang mudah dicerna oleh mereka, seperti perintah untuk berbakti kepada orangtua, berinfak kepada fakir miskin, larangan mengadu-domba sesama Muslim, menipu, dll. Jelaskanlah bahwa perintah Allah Swt. ada yang bersifat wajib atau sunnah, sedangkan larangan-Nya ada yang bersifat haram atau makruh berikut konsekuensinya. Tujuannya agar anak memiliki gambaran tentang syariah Islam dan merasa terikat dengannya.

3. Hal-hal yang wajib ataupun sunnah sudah harus dibiasakan, khususnya shalat dan shaum. Rasul saw. bersabda (yang artinya): Perintahkanlah anak-anakmu shalat jika mereka telah menginjak usia 7 tahun, pukullah mereka (karena meninggalkan shalat) jika telah menginjak usia 10 tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka. (HR Ahmad). Pembiasaan shalat juga bisa dilakukan dengan cara mengajak shalat berjamaah seluruh anggota keluarga. Khusus anak laki-laki dibiasakan untuk shalat di masjid. Menghapal bacaan al-Quran dan tadarus dapat dilakukan bersama seluruh anggota keluarga setelah selesai shalat magrib yang dilanjutkan dengan tawsiyah dari ayah atau ibu. Tujuannya adalah agar ilmu yang telah didapatkan anak juga diamalkan dalam kesehariannya sehingga bentukan nafsiyah Islam mereka semakin kuat.

4. Perbekalan tentang tsaqâfah Islam seperti bahasa Arab, ilmu hadis, fikih, shirah dll terus diberikan dan sebaiknya dilakukan secara kolektif, baik melalui pendidikan formal atau non-formal. Guru bisa berasal dari orangtua sendiri jika memungkinkan atau mendatangkan guru dari luar.

5. Mengajarkan dan membiasakan adab-adab (akhlak islami) terhadap orangtua, saudara, guru, teman, tetangga, dll. Misalnya dengan selalu mengucapkan salam, menampakkan wajah yang berseri-seri, meminta izin jika memasuki rumah (kamar), khususnya pada tiga waktu (sebelum shalat shubuh, di tengah hari dan sesudah shalat isya), dll.

6. Membentengi anak dari pengaruh tayangan, bacaan dan aktivitas yang dapat mengarah pada hal-hal yang negatif serta memberi alternatif lain yang bersifat positif, seperti CD ilmu pengetahuan, bacaan islami, kegiatan keislaman, dll.

7. Dalam hal pergaulan dengan lawan jenis, mulai dibiasakan terpisah antara anak laki-laki dan perempuan, sambil dijelaskan akibat pergaulan yang bercampur-baur di dalam kehidupan umum, yang bisa mengarah pada pandangan yang didasari naluri seksual dan ketidakproduktifan berpikir, khususnya pada anak yang telah menginjak usia 10 tahun.

8. Pada saat usia menjelang balig mereka diajari tentang pengetahuan tanda-tanda balig (menstruasi dan mimpi) serta bagaimana hukum-hukum fikih Islam mengaturnya. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan anak secara fisik dan psikis sehingga pada saat waktu balig datang mereka telah memahami hal-hal yang harus dilakukan dan siap menjalankan konsekuensi balig (untuk terikat dengan hukum syariah) dalam kehidupannya.

9. Membekali anak dengan keterampilan hidup yang dapat membuatnya mandiri dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari seperti memasak sederhana, merapikan rumah, mencuci pakaian, memperbaiki rumah, menggunakan perkakas sederhana, dll. Selain itu adalah melatih mereka dalam olahraga yang dapat mengolah tubuh mereka untuk memiliki fisik yang sehat dan kuat sehingga mereka siap dan memliki moda-modal dasar dalam kancah perjuangan (jihad fi sabilillah).

10. Anak yang telah berumur 10 tahun ke atas mulai diajak berpikir untuk membaca persoalan di masyarakat yang dikaitkan dengan informasi keislaman yang telah didapatkannya. Analisis diarahkan pada solusi Islam berikut perbandingannya dengan solusi-solusi yang diambil oleh masyarakat atau negara saat ini.

11. Pemanfaatan teknologi komputer dan internet diarahkan pada hal yang sifatnya bermanfaat seperti mencari berita yang relevan dengan perkembangan proses berpikirnya.

12. Dengan seringnya melatih proses berpikir anak, pemikiran anak sudah semakin meluas hingga bisa menyimpulkan persoalan mendasar yang dihadapi masyarakat saat ini, yaitu tidak adanya penerapan syariah Islam di tengah kehidupan.

13. Melatih keberanian, kepemimpinan dan tanggung jawab pada anak dalam berbagai aspek di dalam aktivitasnya yang senantiasa dikaitkan dengan pola pikir dan pola sikap ideologi Islam. Tujuannya adalah untuk melatih anak secara berkelanjutan demi mempersiapkan mereka menjadi pemimpin pada masa mendatang.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, (QS at-Tahrim [66]: 6). (www.keluarga-samara.com)

Sumber : Majalah Al Waie, Februari 2008

Oleh : Rusyda Ummu Hafidz

baitijannati. Ya…itulah semboyan yang sedang digalakkan di shoping centre Kotara. Kalau melihat secara general, memang hampir tidak ada perempuan yang tidak suka mendapatkan kartu yang berisi ucapan-ucapan cinta, kasih sayang dan rindu. Padahal ucapan-ucapan seperti itu digalakkan setiap tahun pada tanggal 14 Februari, dengan sebutan Valentine Day. Untuk mengetahui lebih lengkap dari history valentine day dan bagaimana hukum merayakannya silahkan klik kedua link ini:

What Women Doesn’t Love a Valentine Card

Ditulis oleh Farid Ma'ruf di/pada Februari 14, 2008

Ada Apa Dengan Valentine’s Day ?

Aku masih ingat ketika masa SMP dulu, kebetulan aku punya saudara sepupu yang lahir tgl 13 February. Sebelum itu aku tidak mengenal sama sekali istilah Valentine Day. Karena dialah akhirnya aku mengenalnya. Saat-saat menjelang Valentine Day dia sudah sibuk mencari card dan kado. Belum lagi tgl 13 adalah ultahnya dia, ya wes tambah sibuk aja. Aku masih ingat usulan dia kepada ketua kelas agar tgl 14 diadakan perayaan, dengan bertukar kado. Tambah bingung dah aku, ndak pernah melakukannya, tapi akhirnya dia juga yang pilihkan kadonya, dan dia juga yang tuliskan cardnya, dan dia juga yang berikan kado itu pada orang lain. Aku sendiri gak tahu apa isinya, dan diperuntukkan untuk siapa, cuman kasih uang dan bawa aja ke kelas…Astagfirullah betapa jahil dan bodohnya aku terhadap Islam.

Yah saya rasa, tradisi-tradisi macam itu masih berjaya hingga saat ini. Buktinya siaran TV masih aktiv mengiklankannya dan shopping centre juga tidak mau ketinggalan moment untuk memasarkan productnya.

Kalaulah saya dulu dan para pemuda dan pemudi sekarang berfikir jernih, apa sih Valentine Day itu? Apa manfaatnya? Apakah bisa membuat kita masuk syurga dengan merayakannya? Gak bakalan deh aku dulu dan para pemuda pemudi saat ini jadi korban advertising.

Perlu para pemuda pemudi ketahui, bahwasannya para marketer itu mereka mempelajari Psikologis orang, so mereka tahu betul bagaimana untuk memasarkan produk, palagi untuk para cewek, mereka menjadi korban yang paling Top list untuk para marketer. Sampai akhirnya keluar slogan seperti judul diatas, itu kan seperti ngejek cewek yang gak mau ngikutin valentine day dan wajib bagi cowok untuk memberikan hadian dan card agar mampu menarik perhatian sang cewek.

Belum lagi para marketer itu menggunakan para selebrity untuk menyokong product-productnya. Last week saya baca di koran, karena paris Hilton menggunakan bikini jenis x (ndak hapal apa brandnya) di Bondi Beach, maka order atas bikini itu naek sampai 60%..Astaghfirullah. Kalau di valentine day ini yang laris tentulah perhiasan, coklat, bunga, dan berbagai hal yang berikatan dengan perempuan dan cinta. Yang sebetulnya yang menentukan mana product yang berkaitan dengan wanita dan cinta adalah para marketer juga.

Fenomena ini juga bisa kita lihat saat Perayaan Natal di Aussie, yang menjadi sasarannya adalah anak-anak. Karena Natal terkenal dengan memberikan hadiah, maka toylah yang paling laris. Namun juga hari saling memberi bagi setiap orang, so hampir semua product juga dapat sasaran kenaikan penjualan.

Yah…semua itu adalah permainan para marketer, mereka saat ini yang mengontrol dunia dan yang menentukan standart mana yang baik dan tidak. Seperti halnya ketika mereka menentukan mana wanita yang bisa disebut cantik (langsing, seksi, halus) dan tidak, menentukan orang disebut kelas atas (mobilnya Lexus, kacamata Gucci dll) atau tidak dll.

Suamiku pernah bilang, dua profesi yang merusak dunia ini adalah Marketing dan Pengacara. Di tangan marketing, barang yang tidak berguna menjadi sangat most wanted, ditangan marketing juga yang menentukan opini dunia. Maka ketika Bush ingin melakukan penyerangan ke Iraq dulu, dia menyewa seorang marketer (perempuan), sehingga mampu mengarahkan opini masa. Kalau Pengacara lain lagi, mereka bisa membuat orang yang bersalah menjadi Benar dan sebaliknya. Aku jadi manggut-manggut aja mendengar penjelasannya…emang betul sih D

Satu lagi, Kalaulah para suami menanyakan kepada para istri, Apakah mereka mau merayakan hari kasih sayang, dengan memberikan sedikit perhatian (gak usah banyak-banyak) dan meluangkan waktu sebentar untuk cakap dengan sang istri untuk menceritakan aktivitas apa saja yang telah suami lakukan, dan sedikit tanya apa yang sang istri lakukan, kalau sempet ya ucapkan terima kasih kalau gak sempet gpp, yang penting salah satu aja dari option diatas dilakukan…pasti jawaban sang istri, mau setiap hari untuk merayakannya :), namun tak mau merayakan di tgl 14 feb, takut menyerupai orang kafir. Sang istri juga gak perlu bunga atau coklat atau perhiasan kok, kalau dikasih ya gpp, ikhlas aja menerimanya D

So janganlan sampai kita ngikut-ngikut tanpa tanpa hukum Islamnya, dan jangan sampai jadi korban marketing. Jadikan Islam standart dalam melakukan seluruh aktivitas, jadikan Islam sebagai patokan menentukan mana yang baik dan buruk dan kalaulah ada kebingungan dalam mengambil sikap, kembalikan semuanya pada Al-qur’an dan As-sunnah. Kita juga bisa menjadi pengarah opini masa, dengan menjadi pengemban, praktikkan dan menyebarkan Islam. (www.baitijannati.wordpress.com)

** yang lagi nunggu harga bunga turun, sekarang lagi mahal-mahalnya, biasanya menjelang valentine day….diskon besar-besaran deh**




Tata Cara Menikah Sesuai dengan Syariat Islam

Tata Cara Menikah Sesuai dengan Syariat Islam

Ditulis oleh Farid Ma'ruf di/pada Februari 22, 2008

Keluarga Samara. Pertanyaan :

Assalaamu’alaikum brother Farid. Saya Fatih, tinggal di Sydney, Aussie. Brother, minta tolong saya dikirim penjelasan tentang tata cara pernikahan yang sesuai dengan syariat. Mohoj bantuannya dengan segera, need urgent respon please brother. Saya pernah mendengar tentang tabarruj dan ikhtilath, tetapi masih belum jelas maksud dan keterkaitan dengan pernikahan yang diatur dalam syariat Islam. Semoga Allah menghunjamkan ridlo-Nya kepada anda dan seluruh brothers dan sisters yang berperan serta dalam pengelolaan website konsultasi syariah. Amin. Semoga syariah segera tegak dalam lindungan perisai khilafah manhaj nubuwah. Wassalam.

Fatih.

Jawaban :

Assalamualaikum akhi yang dirahmati oleh Allah.

Sebelumnya saya sampaikan jazakallah khair atas pertanyaannya dan kami akan berusaha sebaik baiknya untuk menjawab pertanyaan antum.

Di dalam Islam ada konsep dasar hukum Islam bahwa kehidupan laki laki dan wanita adalah terpisah. Artinya tanpa ada hajjah syar’i (kebutuhan yang dilandaskan oleh syariat) maka mereka tidak diperkenankan inetraksi (Nizhamu Ijtima’i oleh Syeikh Taqiyudin an nabhani). Oleh karena itu, kita perlu mengetahui apa saja hajjah syar’i tersebut, dengan kata lain di lingkup apa saja wanita dan laki laki boleh bekerja sama dan berinterkasi?

ada 3 area dimana laki laki dan wanita diperbolehkan berinteraksi:

  1. Muamalah: jual beli. artinya: wanita boleh membeli sesuatu dari seornag laki laki dan sebaliknya, atau bekerja di kantor, rumah sakit dimana laki laki dan wanita harus tetap mempertahankan batasan batasan tertentu. Misalkan di larang berkhalwat dan ikhtilath dan bertabarruj.
  2. Pendidikan. contoh: disebuah sekolah diperbolehkan guru wnaita mengajar laki laki, dan juga sebaliknya…..
  3. Kesehatan: di Rumah sakit diperbolehkan wanita dirawat oleh dokter laki laki meski sangat dianjurkan demi menjaga kehormatan dan wara’ (berhati hati) akan lebih baik wnaita dirawat oleh dokter wanita jika memang tersedia.

Nah ..di luar 3 area tadi maka laki laki dan wanit aterpisah…termasuk di dalamnya dalam walimah. Karena Walimah tidak termasuk dalam 3 area tadi. sehingga dalam walimah diharuskan untuk mencegah adanya Ikhtilhath dan juga tabarruj.

Memahami Pengertian Tabarruj

Tabarruj telah diharamkan oleh Allah SWT dengan larangan yang menyeluruh dalam segala kondisi dengan dalil yang jelas. Hal ini ditunjukkan dalam firman Allah SWT:

Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian (luar) mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs. an-Nûr (24): 60).

Pemahaman dari ayat ini adalah larangan bertabarruj secara mutlak. Allah membolehkan mereka (wanita yang berhenti haid dan tidak ingin menikah) menanggalkan pakaian luar mereka (jilbab), tanpa bertabarruj.

Sedangkan pengertian tabarruj adalah menonjolkan perhiasan, kecantikan termasuk bentuk tubuh dan sarana-sarana lain dalam berpenampilan agar menarik perhatian lawan jenis. Sarana lain yang biasa digunakan misalnya wangi-wangian, warna baju yang mencolok atau penampilan tertentu yang “nyentrik” atau perhiasan yang berbunyi jika dibawa jalan.

Orang tua (menopouse) boleh tetap mengenakan jilbab dan boleh juga mengenakan baju apa saja selain jilbab selama tidak menonjolkan perhiasan, kecantikan, bentuk tubuh ketika di kehidupan umum seperti di jalan-jalan,pasar, mall, dll. Jika wanita tua saja dilarang untuk bertabarruj, maka mafhum muwafaqahnya yaitu wanita yang belum berhenti haid lebih dilarang untuk bertabarruj.

Ayat lain yang melarang tabarruj adalah firman Allah SWT:

Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.” (Qs. an-Nûr [24]; 31).

Allah dalam ayat ini melarang salah satu bentuk tabarruj, yaitu menggerakkan kaki sampai terdengar bunyi gelang kakinya sehingga orang lain menjadi tahu perhiasan wanita yang menggerakkan kaki tersebut, yang berarti wanita tersebut telah menonjolkan perhiasannya. Dalil ini juga menjelaskan akan larangan tabarruj, yaitu menonjolkan perhiasan.

Tabarruj berbeda dengan perhiasan atau berhias. Tidak ada makna syara’ tertentu terhadap kata tabarruj, sehingga penafsiran kata tabarruj diambil dari makna lughawi (bahasa). Tabarruj secara bahasa berarti menonjolkan perhiasan, kecantikan termasuk keindahan tubuh pada laki-laki non muhrim. Dalil lain yang menerangkan bahwa tabarruj adalah menonjolkan perhiasan, keindahan tubuh pada laki-laki asing adalah seperti yang diriwayatkan dari Abi Musa Asy Sya’rawi:

Wanita yang memakai parfum, kemudian melewati suatu kaum (sekelompok orang) supaya/sampai mereka mencium aromanya maka berarti dia pezina.

Diriwayatkan pula dengan sabda Rasulullah Saw:

Dua golongan penghuni neraka, saya belum melihat sebelumnya adalah: wanita yang berpakaian seperti telanjang dan wanita yang berjalan lenggak-lenggok di atas kepala mereka seperti punuk unta, maka mereka tidak akan masuk surga dan tidak mendapatkan baunya.

Kata telanjang, berlenggak-lenggok dan seperti punuk unta menunjukkan arti agar tampak perhiasan dan kecantikannya. Atas dasar ini dapat dimengerti bahwa tabarruj tidak sama dengan sekedar perhiasan atau berhias, namun bermakna menonjolkan perhiasan.

Adapun mengenai perhiasan, maka hukum asalnya adalah mubah untuk dikenakan selama belum ada dalil yang mengharamkanya, hal ini sesuai dengan kaidah syara’, Hukum asal suatu benda (asy yâ’) adalah mubah.

Perhiasan adalah asy yâ’ (benda). Perhiasan apapun bentuknya adalah mubah selama belum ada dalil yang mengharamkannya. Sebagian perhiasan memang diharamkan Allah antara lain: seperti yang terungkap dari riwayat Ibnu Umar: “Sesungguhnya Nabi melaknat wanita yang menyambung rambutnya dengan rambut orang lain, wanita yang rambutnya minta disambungkan, wanita yang mentato, dan wanita yang minta ditato.

Walaupun semula berhias dalam kondisi berkabung dibolehkan akan tetapi bisa menjadi haram manakala berhiasnya menggunakan perhiasan yang haram dan apabila berhiasnya sampai menjadikannya termasuk tabarruj yaitu menonjolkan perhiasan dan kecantikan di hadapan laki-laki asing (non mahrom).

Dengan Demikian….meskipun hari itu adalah hari istimewa namun tetap hal ini harus dijaga. kecuali jika ruangan perempuan memang disediakan tersendiri (hall / ruangan terpisah) yang benar benar tertutup dan dilarang laki laki (entah itu keluarga / tamu) untuk masuk ke dalam ruangan tadi dan juga tidak memungkinkan orang dari luar ruangan melihat ke dalam.

selanjutnya mengenai Ikhtilath.

Ikthtilath adalah percampuran antara laki-laki dan wanita. Ikhtilat adalah lawan dari infishal (terpisah). Pada dasarnya, Islam telah mewajibkan pemisahan antara wanita dan laki-laki. Pemisahan ini berlaku umum dalam kondisi apapun, baik dalam kehidupan umum maupun khusus, kecuali ada dalil-dalil yang mengkhususkannya.

Sebelum membahas tentang ikhtilath, kita mesti memahami terlebih dahulu kaedah-kaedah interaksi (ijtima’) antara laki-laki dengan wanita. Kaedah interaksi antara seorang laki-laki dengan wanita dapat diuraikan sebagai berikut :

Pertama, jika suatu aktivitas memang mengharuskan adanya interaksi antara pria dan wanita, maka dalam hal semacam ini seorang laki-laki dan wanita diperbolehkan melakukan interaksi, namun hanya terbatas pada kepentingan itu saja. Sebagai contoh, adalah aktivitas jual beli. Di dalam aktivitas jual beli, mau tidak mau harus ada penjual dan pembeli. Harus ada pula kegiatan interaktif antara penjuual dan pembeli, misalnya bertanya tentang berapa harganya, barang apa yang hendak dibeli, boleh ditawar atau tidak, dan semua hal yang berkaitan dengan jual beli. Dalam keadaan semacam ini, maka seorang laki-laki dibolehkan berinteraksi dengan kaum wanita karena memang aktivitas tersebut mengharuskan adanya interaksi. Aktivitas tersebut tidak akan pernah terwujud tanpa adanya interaksi. Demikian juga dalam hal kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan, perburuhan, pertanian, dan kegiatan-kegiatan lain yang mengharuskan adanya interaksi; maka dalam keadaan semacam ini seorang laki-laki diperbolehkan berinteraksi dengan seorang wanita.

Hanya saja, tatkala seorang laki-laki berinteraksi dengan seorang wanita dalam aktivitas-aktivitas seperti di atas, ia harus membatasi dirinya pada hal-hal yang hanya berhubungan dengan aktivitas tersebut. Ia dilarang (haram) melakukan interaksi dengan wanita tersebut di luar konteks perbuatan tersebut. Misalnya, tatkala seorang laki-laki hendak membeli buku kepada seorang penjual wanita, maka ia hanya diperbolehkan berinteraksi pada hal-hal yang berhubungan dengan aktivitas jual beli buku itu saja. Tidak dibenarkan ia bertanya atau melakukan interaksi di luar konteks jual beli buku. Misalnya, ia menyatakan, “Wah buku ini keren, seperti pembelinya.” Atau hal-hal yang tidak ada sangkut pautnya dengan jual beli. Namun jika seseorang telah usai melakukan jual beli, kemudian ia hendak bertanya arah jalan, misalnya, maka ia diperbolehkan bertanya hanya dalam hal-hal yang berhubungan dengan arah jalan itu saja, tidak boleh lebih.

Hal lain yang patut diperhatikan adalah, meskipun seorang laki diperbolehkan berinteraksi dengan wanita dalam aktivitas-aktivitas semacam itu, akan tetapi ia tetap harus memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan infishalinfishal (pemisahan). Demikian pula tatkala berada di bangku sekolahan. Meskipun wanita dan laki-laki diperbolehkan berinteraksi dalam aktivitas semacam ini –belajar mengajar—akan tetapi keterpisahan tetap harus diperhatikan —dengan ukuran jarak. Sebab, kewajiban infishal ini berlaku umum, lebih-lebih lagi dalam kehidupan umum. Oleh karena itu, tidak diperkenankan murid laki-laki dan wanita duduk bersama dalam sebuah bangku. (pemisahan). Misalnya, tatkala seseorang hendak membeli barang dari seorang wanita, maka ia tetap harus memperhatikan jarak. Ia tidak diperbolehkan berdekatan, atau malah memepet perempuan tersebut, atau misalnya duduk berhimpitan bersama perempuan penjual itu perempuan tersebut, tatkala hendak membeli barangnya. Meskipun dari sisi interaksi —dalam jual beli— diperbolehkan, akan tetapi, ia tetap harus memperhatikan ketentuan mengenai

Kedua, jika suatu aktivitas sama sekali tidak mengharuskan adanya interaksi antara keduanya, maka seorang laki-laki dan perempuan tidak dibenarkan melakukan interaksi atau pertamuan dalam aktivitas tersebut. Contohnya, adalah bertamasya, berjalan ke sekolah, kedai, atau masjid. Seorang laki-laki diharamkan berjalan bersama-sama dengan wanita bukan mahramnya dan melakukan interaksi selama perjalanan tersebut. Sebab, interaksi dalam hal-hal semacam ini tidak dibenarkan, dan bukan merupakan pengecualian yang dibolehkan oleh syara’.

Adapun yang dimaksud dengan ikhtilath adalah campur baurnya laki-laki dan perempuan. Pada dasarnya, ikhtilath itu dibenarkan dalam aktivitas-aktivitas yang diperbolehkan oleh syara’. Terutama aktivitas yang di dalamnya mengharuskan adanya interaksi (aktivitas model pertama). Misalnya, bercampur baurnya laki-laki dan wanita dalam aktivitas jual beli, atau ibadah haji (Taqiyuddin an-Nabhani, an-Nidzam al-Ijtimaa’iy fi al-Islaam, hal. 40).

Dalam kitab an-Nidzam al-Ijtimaa’iy, Syaikh Taqiyuddin an-NabhaniOleh karena itu, keterpisahan antara laki-laki dan wanita dalam kehidupan Islam adalah fardlu. Keterpisahan laki-laki dan wanita dalam kehidupan khusus harus dilakukan secara sempurna, kecuali yang diperbolehkan oleh syara’. Sedangkan dalam kehidupan umum, pada dasarnya hukum asal antara laki-laki dan wanita adalah terpisah (infishal). Seorang laki-laki tidak boleh berinteraksi (ijtima’) di dalam kehidupan umum, kecuali dalam hal yang diperbolehkan, disunnahkan, atau diwajibkan oleh Syaari’ (Allah SWT), dan dalam suatu aktivitas yang memestikan adanya pertemuan antara laki-laki dan perempuan, baik pertemuan itu dilakukan secara terpisah (infishal), misalnya, pertemuan di dalam masjid, ataupun pertemuan yang dilakukan dengan bercampur baur (ikhtilath), misalnya ibadah haji, dan dalam aktivitas jual beli.” (ibid, hal. 40). menyatakan, bahwa “

Dari sini kita bisa menyimpulkan, bahwa ikhtilath (campur baur) berbeda dengan interaksi. Interaksi itu bisa berbentuk terpisah (infishal) maupun berbentuk ikhtilath (bercampur baur). Kita juga bisa menyimpulkan bahwa bolehnya seseorang melakukan interaksi dengan lawan jenisnya, bukan berarti membolehkan dirinya melakukan ikhtilath. Sebab, ada interaksi-interaksi yang tetap harus dilakukan secara terpisah, misalnya di dalam masjid, dalam majelis ilmu dan dalam walimah, dan sebagainya. Adapula interaksi yang dilakukan boleh dengan cara bercampur baur-baur, misalnya jual beli, naik haji.

Pada interaksi-interaksi (pertemuan) yang di dalamnya boleh dilakukan dengan cara ikhtilath, maka seorang laki-laki diperbolehkan melakukan ikhtilath. Misalnya bercampur baurnya laki-laki dan wanita di pasar-pasar untuk melakukan aktivitas jual beli; bercampur baurnya laki-laki dan wanita di Baitullah untuk melakukan Thawaf, bercampur baurnya laki-laki tatkala berada di halte bus untuk menunggu bis, di tempat-tempat rekreasi dan sebagainya. Namun demikian, walaupun mereka boleh berikhtilath dalam keadaan ini, akan tetapi mereka tetap tidak boleh mengobrol, bercengkerama, atau melakukan aktivitas selain aktivitas yang hendak ia tuju. Misalnya, seseorang boleh bercampur baur dengan wanita di dalam kendaraan umum, akan tetapi ia tidak boleh bercakap-cakap dengan wanita yang ada di sampingnya, kecuali ada hajah yang syar’iy. Namun, jika masih bisa dihindari adanya ikhtilah, akan lebih utama jika seseorang tidak berikhtilath. Misalnya, memilih tempat duduk yang diisi oleh laki-laki. Atau, negara bisa memberlakukan pemisahan tempat duduk laki-laki dan wanita di kendaraan umum.

Akan tetapi, jika interaksi itu tetap mengharuskan adanya keterpisahan, maka ikhtilath tidak diperbolehkan. Misalnya, ikhtilathnya wanita dan laki-laki dalam walimah, di dalam masjid, di dalam bangku sekolah, dan lain sebagainya. Ikhtilath dalam keadaan semacam ini tidak diperbolehkan.

Dengan Demikian, pernikahan yang Islami adalah pernikahan dimana tamu laki laki dan wanita terpisah total, dan sang penganten mencegah dirinya dari Tabarruj (berhias yang berlebihan dihadapan laki laki non mahram). namun seperti yang saya sampaikan di atas, jika penganten wanita dan tamu wanita berada di ruangan khusus wanita yang terlarang bagi laki laki manapun untuk masuk maka dibolehkan wanita berhias secantik mungkin dan memakai pakain pengantin tanpa kerudung (asal masih menutup aurat sesuai dengan batasan aurat antar wanita) karena memang tidak ada laki laki di dalam ruangan tersebut yang menjadi premis diharamkannya tabarruj. (www.keluarga-samara.com)

wallahu ‘alam bishowab
wassalamualaikum

Ameeratul Jannah

IRONI PENCARIAN JATI DIRI PEREMPUAN

Ditulis oleh Farid Ma'ruf di/pada Februari 22, 2008

Oleh: Trisno Kumari

Keluarga Samara. Unbreakable…demikanlah tema iklan salah satu produk shampoo terkenal di Indonesia saat ini. Semangat yang hendak ditorehkan bagi perempuan Indoneisia yang tidak mudah lemah, tidak mudah patah semangat, dan tidak mudah kalah dalam kehidupan. Sebuah pesan sederhana, menyentuh, yang dilukiskan oleh seorang penyanyi terkenal dan kebetulan memiliki citra dari produk yang diluncurkan sebagai strategi bisnisnya. Disisi lain, pesan yang disampaikan lewat iklan produk shampoo yang dicitrakan buat kaum hawa, dengan model perempuan cantik berambut lurus nan anggun ini mengajak audiencenya bersikap terhadap sebuah paradigma tentang perempuan itu sendiri. Sejauhmana paradigma tentang perempuan saat ini?

Sudah menjadi hal yang umum bahwa setiap perempuan ingin tampil cantik dan menarik. Perempuan selalu diidentikkan dengan keindahan. Pandangan sebagaian masyarakat saat ini bahwasanya keindahan dan kecantikan seolah-olah yang hanya dapat membahagiakan dan berikutnya menjadi tujuan seorang perempuan hidup. Tak ayal lagi, pandangan tentang mitos kecantikan menjadi hal yang diburu oleh kaum perempuan dan hal yang dieksploitir oleh para kapitalis. Maka berlomba-lombalah para pencari keuntungan menangguk pemasukan dengan strategi pemasarannya. Hanya saja sebuah pesan yang disampaikan lewat media massa saat ini, tidak saja sekedar menyampaikan sebuah informasi tentang suatu produk yang akan ditawarkan, tetapi sisipan hiburan atau entertainment dalam penyampaian pesan tersebut justru lebih menonjol dibanding infromasi yang diinginkan. Hampir semua tayangan iklan di media massa kita dibumbui dengan citra perempuan. Hal yang sangat jauh dan bisa jadi tidak berhubungan dengan perempuan seolah dipaksakan identik dengan perempuan hanya untuk menarik perhatian khalayak. Tentunya yang menjadi ukuran dapat menarik perhatian khalayak adalah perempuan karena perempuan diidentikkan dengan kecantikan dan keindahan tersebut.

Persoalan menjadi rumit manakala sejumlah pendapat yang mengasumsikan perempuan saat ini mempunyai posisi yang tidak boleh dimarjinalkan, tidak boleh berada di ketiak kaum partiriarki atau diinjak oleh produk budaya maupun agama yang secara sengaja melumatkan harga kesetaraan yang diinginkan dalam pencapaian status sosial di masyarakat, dan sejumlah pendapat ini mengasumsikan bahwa nilai agama berhasil mengukuhkan posisi kaum patriarki l membabat daya kreativitas perempuan dalam persaingan hidup. Karenanya sejumlah pendapat ini bergeliat mencari status untuk kemudian mendapatkan status setara dalam berbagai bidang kehidupan.

Pergulatan mencapai status tersebut hampir dipastikan berkembang seiring dengan pergeseran ideology yang mewarnai kehidupan umat manusia saat ini. Sudah menjadi rahasia umum jika kehidupan kapitalis nan sekularistik saat ini mendorong umat manusia berpikir tentang pengaturan hidup ada ditangan manusia. Ukuran kebahagiaan ada pada ukuran manusia, diantaranya ukuran tentang kesetaraan itu sendiri. Sejumlah pendapat yang mengatakan jika posisi kaum perempuan saat ini berada di marjinal sosial, maka penghalang-penghalang ukuran setara yang ada harus disingkirkan sekalipun itu bernuansa agama.

Pergerakan mencapai status ini menjadi final manakala diakomodir oleh system kapitalis-sekuler. Paradoks perjuangan mencapai kesetaraan lewat berbagai bidang kehidupan. Sementara hampir dalam setiap upaya tersebut justru mengeksploitir perempuan. Mulai dari tayangan yang eksplotiasi sensualitas dan kebertubuhan perempuan sampai legalitas undang-undang atas dasar azasi “prochoice” yang justru tidak melindungi perempuan.

Solusi

Ada sebuah pepatah mengatakan”Tak kenal maka tak sayang”. Tidak mengenal hakikat kedudukan perempuan maka bisa dipastikan tidak ada rasa sayang kita, rasa peduli kita pada kaum perempuan. Ukuran untuk menilai hakikat kedudukan perempuan itu harusla bukan berasal dari manusia, sebab jika ukuran itu diserahkan pada manusia maka berpotensi untuk salah, serba lemah, dan dipengaruhi oleh lingkungan dia hidup. Mengukur kedudukan permepuan haruslah diletakkan pada yang membuat adanya kaum perempuan itu sendiri, dalam hal ini tentu Sang Khalik melalui produk hukum yang sudah dilegalkan dalam mengatur kehidupan umat manusia, yaitu sejumlah aturan agama. Islam mengajarkan kedudukan perempuan adalah sebagai ibu/anak dalam rumah tangganya(Al Umm/ Al Bintu wa rabbatul bait) dan bukan yang lain. Pada kedudukan tersebut tidaklah dikatakan perempuan hanya ada pada sector domestic, karena dari latar belakang kesadaran kedudukan perempuan ini ketaatan yang muncul bukan bermakna keterjajahan kaum perempuan dari dominasi kaum patriarki. Munculnya keterjajahan atas kaum perempuan adalah karena ideology kapitalis -sekuler yang merangsek keseluruh dunia dan menghancurkan sendi-sendi kehidupan hingga tatanan kehidupan sebuah keluarga. Akibat system kapitalis, kondisi perekonomi yang timpang saat ini mendorong secara massiv kaum perempuan untuk terjun di sector public. Walhasil dalam ranah public ini perempuan dipaksa bersaing dengan kaum patriarki, muncullah berbagai persoalan kemudian. Pelecehan seksual, Traficcking, prostitusi, upah rendah dan sebagainya. Akibat kehidupan sekuler, atas nama kebebasan kebertubuhan perempuan eksploitasi dan eksplorasi menjadi hal yang wajar demi mencapai nilai kebahagiaan yang notabene bersifat materi belaka. Tayangan-tayangan pornografi dan pornoaksi diperjuangkan untuk dilegalkan. Ironi sebuah pergulatan pencarian kesetaraan.

Menjadi wajar jika saat ini orang mulai melirik dan berpikir untuk mengatasi sengkarut posisi kaum perempuan dikembalikan pada nilai agama, nilai syariah dan berpikir jernih untuk membuang system aturan kehidupan kapitalis-sekuler dalam keranjang sampah. Beramai-ramai para pencari kesetaraan saat ini untuk kembali pada solusi agama sebagai penangkal solusi absurd tentang kesetaraan yang sudah ditinggalkan oleh para penggagasnya dua dasawarsa yang lalu. Menjadi ironi ide yang justru baru diusung oleh para penggagas kesetaraan jender di negri ini. (www.keluarga-samara.com)

*Penulis adalah anggota AlPen Prosa Surabaya

Salma Nur Azkiya An Nisa, Guru Besarku

Ditulis oleh Farid Ma'ruf di/pada Februari 22, 2008

Oleh : Desi Yunise*

Keluarga-Samara. Setiap orang belajar dari setiap episode kehidupan yang dilaluinya. Itu benar. Itulah yang saya alami. Jika anda bertanya pada saya , “Siapa yang paling berpengaruh dalam hidup anda?”. Saya akan menjawab tanpa ragu-ragu, “Salma!”. Dialah yang menjadi guru besar dalam sejarah hidup saya. Selanjutnya anda mungkin akan bertanya, “Siapa Salma? Sehebat apa dia? Apa gelar akademisnya?”

Dia masih kecil, tepatnya 7 tahun. Dia “hebat” meski diciptakan dengan segala kelemahan dan keterbatasan. Salma terkena cerebral palsy, gangguan pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan ia tak sanggup berkata-kata dan berjalan, meski ia sudah ‘mahir’ duduk sendiri. Tapi begitulah Salma, ia banyak mengajari saya, makna sabar, tawakkal, cinta sejati, makna berjuang, makna ambisi, seni berkomunikasi dan banyak lagi yang ia ajarkan pada saya. Benarlah Firman Allah SWT: “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka” (QS Ali Imran 191).

Pernah suatu ketika saya mengisi kajian umum di suatu mesjid yang dihadiri ratusan orang. Seusai acara ada yang menyampaikan keingintahuannya tentang saya dan keluarga pada melalui sahabat saya. Sampai pada akhirnya ia berkunjung ke rumah saya dikarenakan ia terkesan dengan kemampuan saya dalam mensikapi keadaan anak saya Salma yang nyaris tak berpengaruh dalam kegiatan dakwah saya saat itu. Bahkan ia sempat menangis di hadapan sahabat saya. “Mbak! Dia kagum dengan mbak, kok bisa setegar itu!”. Saya menjawab, “ ia terlalu berlebihan, semuanya karena Allah, alasan apa yang membuat saya tak bisa tegar, ini qadha dan jalan yang ditetapkan Allah, kewajiban kita menjalani sesuai tuntunannya, pasti ada rahasia Ilahi di balik semua ini!”. Bahkan ada lagi yang menampakkan tangisannya di hadapan saya, saat saya pun terlibat dalam kegiatan dakwah, saat itu memang saya membawa anak saya, Salma. Memang begitulah hubungan saya, Salma dan dakwah, sangat erat sekali. Salma banyak berdakwah tanpa kata-kata khususnya tentang ridho terhadap qadho, tawakkal dan sabar pada saya dan orang-orang sekitar.

Sejujurnya, hati saya senantiasa diliputi dengan harap-harap cemas kepada Yang Kuasa akan keadaannya. Hampir di setiap tengah malam, Salma lah yang membangunkan tidur saya, seolah-olah ia berkata “Umi bangunlah! Lakukanlah Sholat malam dan panjatkan doa untukku !”. Bahkan, ia lah yang banyak membangunkan tidur saya untuk mempersiapkan materi dakwah yang harus disampaikan keesokan harinya. Dia telah menjadi ‘malikat’ yang dikirimkan Yang Maha Penyayang untuk saya. Karena Salma hari-hari saya selalu dilalui dengan arti. Saya selalu mencari makna dalam peristiwa, dan meneliti kegiatan saya. Adakah ini ada artinya bagi Sang Pencipta? Bagi umat? Bagi orang lain? Karena dari Salma saya belajar untuk tidak mau kehilangan waktu. Seolah olah ia berkata “ Ayo kejarlah! Kerjakan apa yang umi harus kerjakan, Jangan sampai ketinggalan!” ,

Saat inilah saya merasakan dahsyatnya pengaruh doa di malam hari. Setiap selesai sholat wajib, selalu saja ada doa khususnya untuk Salma, karena keadaannya menuntut untuk didoakan. Dengan begitu, saya pun belajar mendoakan orang lain tanpa ia minta untuk didoakan, karena masih banyak hal yang senantiasa harus kita perbaiki, adakalanya antar sesama muslim kita masih individualis dan egois. ,Semoga dalam jamaah juga ada saling membantu, saling pengertian, saling memberi dan menerima, amiin! Sampai pada akhirnya persaudaraan pun jadi terasa indahnya meski saat ini saya begitu indah. Tak dipungkiri kadang-kadang terjadi benturan antara merawat Salma yang tak bisa digantikan orang lain dengan dakwah. Setiap terjadi benturan, Saya selalu membayangkan datang mememui baginda Nabi saw dan membuat perkiraan ucapan apa yang beliau sampaikan untuk saya. Seolah-olah beliau mengatakan “pulanglah temui anakkmu, bukankah ummu warobbatul bait tanggung jawab utamamu?” Jiwa saya pun tentram, tapa saya khawatir apa komentar teman-teman , karena saya berbuat dengan tuntunan syara. Semangat dakwah saat-saat ini rasanya memang tak terbendung, meski dalam jamaah tetap saja saya ingin yang menjadi pelakunya. Salma mengajarkan saya untuk ikhlas.

Kepada Salma saya belajar memahami orang lain tanpa harus ada kata-kata, memahami apa yang dibutuhkannya tanpa ia harus meminta. Bagaimana tidak? Saya selalu datang untuk Salma di saat ia haus dan lapar, tanpa ia harus berkata “ umi, aku haus dan lapar?”. Di saat haus, pikiran saya pasti tertuju bahwa Salma juga sedang haus, begitu seterusnya yang saya alami. Perhatian adalah kebutuhan pokok baginya. Sedikit saja kurang dalam kebutuhan ini, mulailah ia berperilaku sulit, maksudnya sulit diajak kompromi, rewel dan emosinya tidak stabil. Sungguh saya telah belajar banyak tentang kebutuhan orang lain termasuk kasih sayang dan perhatian. Memang cinta murni adalah perhatian tanpa minta imbalan apapun dan memberi kasih sayang tanpa alasan apapun. Begitulah mestinya kita.

Salma juga telah mengajarkan saya makna sabar. Saya “wajib” menunggu sampai 4 tahun untuk melihat Salma bisa duduk sendiri. Bayangkan! Selama 4 x 365 hari menunggu, itupun harus saya lalui dengan berjuang dan terus berdoa melatihnya setiap hari. Disinilah indah dan nikmatnya sabar. Sabar memang menentramkan. Innallaha ma’ashoobiriin!, Allah senantiasa menyertai orang yang sabar. Disela-sela melatihnya berdiri, saya selalu ingin bernyanyi lagunya Crisye alm yang syairnya “Aku tahu kau tak kan bisa, menjadi seperti yang aku minta, namun selama nafasmu ada, kau harus mencoba menjadi seperti yang aku minta” . Ini bait lagu tentang harapan dan ambisi untuknya, bukankah Allah berfirman Innallaha ‘ala kulli syai’in qadiir?(Sesunggunhnya Allah Maha berkuasa atas tiap tiap sesuatu). Kadang-kadang yang menjadi pertanyaan bagi saya, dapatkah saya menerapkan tekad seperti ini bagi anak saya yang kedua, Hanif? Tentunya saya jauh lebih bisa karena Hanif sangat jauh lebih cerdas dibandingkan Salma. Begitu juga anda terhadap buah hati anda, bukan?

Salma membuat saya sadar bahwa saya harus dapat mengandalkan diri saya sendiri. menjadi sang penasehat, sang penghibur bagi diri saya sendiri. Saya tak punya pilihan untuk mencari orang lain di luar diri saya sendiri untuk itu. Di saat sedih, saya mengingat apa yang paling membuat Salma senang?Diperdengarkan ayat-ayat suci! Ternyara suara Salma adalah’ bisikan ilahi’ bagi saya, “La hawla walaa quwwata illa billah!” (Tiada daya dan kekuatan kecuali punya Allah).

Sebagai seorang guru besar, ia pun sangat ‘ mahir’ untuk menilai prestasi saya. Salah mengatur menu, tak seimbang mengatur waktu, salah bersikap , secara otomatis saya akan mendapat ‘hukuman’ secara langsung. Apakah ia menjadi konstipasi, sulit tidur atau respon-respon lain sebagai bentuk hukuman karena nilai saya yang jelek dalam tugas, Saya pun jadi wajib untuk disiplin. Semoga saya bisa menerapkannya dalam tugas-tugas lain di luar tanggung jawab saya yang satu ini, amin!

Bahkan Saya pun belajar seni berkomunikasi dengan Salma. Saya memiliki cukup banyak teman di sekitar. Sapaan dari teman-teman saya bermacam-macam responnya . Sapaan yang hanya basa-basi, ia respon dengan cuek. Sapaan dengan tulus dan kasih sayang, biasanya ia respon dengan tawa senang . Sapaan dengan sekedarnya, Salma mengernyitkan dahi. Begitulah Dia bisa menilai ketulusan hati seseorang Salma mengajari saya ilmu komunikasi dengan bahasa tubuh dan bahasa hati.

Salma bukan saja menjadi guru bagi saya tapi juga bagi ibu saya, yaitu neneknya. Sampai pada akhirnya beliau disadarkan bahwa seorang wanita tidak wajib bekerja di luar rumah seperti harapan besarnya terhadap saya. Keadaan Salma yang butuh perhatian lebih, penuh ketergantungan dengan sendirinya menyadarkan saya dan neneknya bahwa keadaan yang sangat tidak memungkinkan bekerja di luar rumah dengan meninggalkan cucu kesayangannya, Salma yang wajahnya begitu mirip denan adik saya yan almarhumah.. Bahkan beliaulah yang sering menasehati saya untuk tidak menyerahkan pengasuhan cucunya pada pembantu.

Saya masih menunggu materi apa lagi yang akan diajarkan oleh anakku- Salma pada saya- ibunya. Yang jelas Salma benar –benar telah menjadi pancaran cahaya yang mencerdaskan saya dan orang lainnya, sesuai nama yang saya berikan padanya Salma Nur Azkiya An Nisa. “Salma kaulah buah hatiku sekaligus guruku, terma kasih Ya Allah!” (www.keluarga-samara.com)

*Penulis adalah anggota AlPen Prosa Gresik

Kiat Mendidik Anak Agar Gemar Menabung

Ditulis oleh Farid Ma'ruf di/pada Februari 15, 2008

Keluarga Samara. Celengan yang Bagus

1.Sediakan tempat menyimpan uang atau celengan dengan bentuk dan warna yang bagus agar anak tertarik.

2.Biasakan anak memasukan uang sendiri ke dalam celengan seberapapun dia punya.

3.Tanamkan sifat rajin pangkal pandai dan hemat pangkal kaya.

4.Ceritakan pengalaman orang-orang sukses dengan rajin menabung, bekerja dan banyak berdoa.

5.Jadilah teladan bagi anak bahwa orangtua juga sering menabung.

6.Ajak ikut serta anak pergi ke bank agar ia lebih tertarik dan lebih mengerti manfaat menabung.

Dwi Mayati
Bbk Cihapit III, Padasuka, Bandung

Setiap Akhir Bulan Buka Celengan

Salah satu hal yang penting dalam mendidik anak adalah keteladanan dan lingkungan. Untuk mendidik anak agar gemar menabung otomatis diperlukan keteladanan dan lingkungan penabung.
1.Siapkan celengan dengan bentuk yang unik dan menarik

2.Bedakan warna setiap celengan sesuai warna favorit pemiliknya dan bubuhkan nama pemiliknya (misal: Abi, Ummi, Aa, Ade) dengan huruf yang variatif.

3.Letakkan celengan berdampingan di tempat yang mudah dilihat dan dijangkau.

4.Setiap pagi, setelah anak mendapat jatah uang saku, Ayah atau Ibu mendahului mengisi celengan di depan anak sambil berkata, “Wah celengan Abi udah banyak nih. Abi pasti jadi juara.”

5.Celengan dibuka setiap akhir bulan dan dihitung jumlahnya bersama-sama.

6.Pemilik jumlah terbanyak, celengannya berhak menempati urutan paling kanan diikuti juara dua dan seterusnya.

7.uang celengan boleh digunakan untuk membeli barang yang diinginkan tampa tambahan dari orang tua.

8.Besoknya langsung dimulai pengisian celengan di bulan baru.

Utin Supartini, S.Pd
Tangkolo, Subang, Kuningan

Buat Bank Keluarga

1.Ajarkan nilai uang pada anak agar ia tahu cara yang baik dan halal untuk mendapatkan uang sehingga ia dapat menghargai uang tanpa perlu memujanya.

2.Atur uang saku rutinnya dan anjurkan agar sisanya ditabung.

3.Berikan reward (hadiah) bagi anak yang tabungannya paling banyak.

4.Belikan celengan yang menarik perhatiannya, bila perlu 2 macam celengan, satu untuk mencapai tujuan tertentu dan satu lagi sekedar tempat menabung.

5.Jika suatu hari anak minta dibelikan sesuatu, dari pada membelikannya langsung dari dompet dengan mudah, cobalah ajak ia untuk menabung dan tempelkan gambar barang yang dia inginkan kelak sebagai motivasi.

6.Buatlah bank keluarga bagi anak-anak dengan mekanisme seperti halnya bank yang sebenarnya, namun bedanya ada pengawasan anda sebagai orang tua. Tetapi jangan ajarkan bahwa bank adalah tempat satu-satunya untuk menabung.

7.Ajarkan anak untuk menyumbang dan berbuat baik dari uangnya sendiri dan katakan bahwa dengan menyumbang berarti ia sudah menabung pahala yang bisa dinikmati dalam surga kelak. Insya Allah.

Ummu Adwaa’
Perum Batara Indah, Tasikmalaya

Hadiah untuk yang Paling Banyak Tabungannya

1.Tanamkan niat pada anak bahwa gemar menabung pasti beruntung serta dengan mencontohkan dahulu sebelum mengajarkan anak menabung.

2.Tabungan tidak mesti berupa buku dan susah-susah antri di bank. Berikan celengan dengan model lucu seperti binatang kesayangan atau celengan dengan jam weker agar anak merasa senang menyimpan uang di tempat kesukaannya.

3.Tawarkan hadiah yang boleh diminta anak bila tabungannya dalam jangka waktu tertentu lebih banyak jumlahnya dari kakak atau adiknya.

4.Letakkan tabungan di tempat strategis yang mudah dijangkau tapi aman dari pihak-pihak yang tidak berkepentingan, sehingga bila ada uang saku dapat segera dimasukan kedalam tabungan tersebut.

5.Uang yang akan ditabungkan tidak mesti langsung dari orang tua, dapat juga memberikan suatu tugas dan memberinya penghargaan dengan uang tapi dengan syarat ditabung. Hal ini sekaligus mengajarkan penghargaan atas suatu pekerjaan anak.

6.Berikan kebebasan anak untuk membeli barang/benda apapun yang disukainya dengan catatan masih dalam kaidah kesopanan dan kepatutan usia anak.

7.Jangan bosan mengingatkan anak agar menyisihkan uang sakunya untuk dapat ditabung.
(www.keluarga-samara.com)
Doried Eka Septayani
Jl Merbabu, Kel Sidomulyo Timur, Pekan Baru

Sumber : Majalah Ummi

Sayangilah Aku Hingga Ujung Waktu

Ditulis oleh Farid Ma'ruf di/pada Februari 15, 2008

Oleh : Abu Aufa

Keluarga Samara - Kalau kita berbicara tentang pernikahan, pasti semua mengharapkan yang enak-enak atau kondisi ideal. Normal aja dong, kalau mengharapkan kriteria ideal untuk calon pasangan hidupnya. Sang pemuda mengharapkan calon istri yang cantik jelita, keluarganya tajir, pinter, akhlak mulia, sholehah, dll. Begitu juga sang wanita ingin punya suami yang ganteng, kaya, sabar, pinter, bertanggung jawab, setia, akhlaknya memikat, dan sebagainya. Coba bayangin semua ini terjadi pada diri kita, wuah…surga dunia tuh! Siapa sih yang gak mau, iya gak?

Saat kita lanjut usia, rambut mulai satu-persatu rontok, raga pun perlahan rapuh dan sepuh, sang istri atau suami masih tetap setia mendampingi. Saat di pembaringan, ada yang mijitin pundak hingga kitapun tertidur pulas. Saat dingin menyerang rangkulan kekasih pun semakin erat, bersama saling menopang saat kaki-kaki kita semakin melemah. Kalau sedih ada yang menghibur, saat senang, apalagi, wuah…uendah nian.

Namun, menurut Hasan Al Banna, waktu itu adalah kehidupan, ia tak pernah berhenti sesaatpun, seiring waktu berlalu, istri semakin keriput dan endut. Tapi menurut sang suami, “Istriku masih yang tercantik,” sementara suami pun perutnya udah buncit, tapi menurut sang istri, “Engkaulah satu-satunya Pangeran dalam istana hatiku.”

Kebesaran Allah SWT pun selalu tampak di dalam rumah tangga. Setiap anggota keluarga melakukan sholat berjamaah, qiyamullail, membaca Al Qur’an, tasbih, tahmid, saling bertausyiah, bermaafan, menasehati, dan mengingatkan. Inilah hasil dari sepasang anak manusia yang menikah karena ingin mengharapkan ridho-Nya dan cita-cita Islam serta kemegahan ajaran-Nya. Inilah dia surga yang disegerakan sebelum surga yang kekal abadi.

Semua diatas adalah harapan setiap pasangan. Namun, tak jarang juga ditemukan dalam suatu keluarga yang terjadi adalah sebaliknya. Dari istri yang dibilang gak pinter mengatur rumah tangga, menjaga anak, atau suami yang selalu pulang malam tak peduli dengan anak dan istri, dan macam-macam lagi. Kata nista, kata-kata yang nyelekit, tuduhan, makian bahkan saling memukul, bisa juga terjadi pada sebuah keluarga, yang gini nih sepet banget! Rumah tangga serasa bagai hidup di neraka, tak ada ketenangan apalagi kasih sayang.

Emang ya, segala sesuatu itu bisa tak seindah bayangan semula. Ada bunga-bunga indah, namun cukup banyak juga onak dan duri yang siap menghadang. Karena itu, berbagai masalah kehidupan dalam lembaga pernikahan harus dihadapi secara realistis oleh setiap pasangan.

Apalagi hidup di zaman seperti sekarang ini memang tak mudah, namun Al Qur’an memberikan arahan dalam kehidupan berumah tangga, *”…. dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik….** [QS Ath Thalaaq: 6] *”….. *dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian, bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” **[QS An Nisaa’: 19] *

Seperti gading, tak ada yang tak retak, begitu juga manusia, tak ada yang sempurna. Setiap kita pasti ada kekurangannya, bisa saja seorang suami atau istri terlihat mempunyai satu kekurangan, namun kalau dipikir-pikir lebih banyak kelebihannya. Apakah kekurangannya saja yang diperhatikan oleh pasangannya atau kedua-duanya dengan pertimbangan yang adil?

Konflik dalam kehidupan rumah tangga juga tak jarang menyebabkan banyak pasangan kehilangan cinta yang dulunya mempersatukan mereka, dan Allah SWT juga telah memberikan arahan yang jelas, *”Hai orang-orang mu’min, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” **[QS At Taghaabun: 14]*

Karena itu, sesungguhnya dalam kehidupan berkeluarga yang kita harapkan adalah indahnya keampunan Allah dan surga-Nya, juga kasih sayang orang-orang yang terdekat dengan kita, yang setiap hari saling membutuhkan, karena itu ’sayangilah aku (pasangan hidupmu) hingga ujung waktu.’

Wahai akhi wa ukhti fillah, mari kita saling mendoakan ya, Semoga dengan kita mengambil panduan Al Qur’an dan sunnah Rasul-Nya serta contoh teladan dari keluarga Rasulullah SAW, akan semakin banyak rumah tangga yang tadinya kurang sakinah kembali menjadi sakinah, rumah tangga yang sakinah menjadi lebih sakinah, dan insya Allah pula saudara-saudara yang belum berumah tangga dikabulkan do’anya berupa pasangan hidup yang sholeh atau sholehah, *aamiin allahumma aamiin.* (www.keluarga-samara.com)

Sumber : www.tentang-pernikahan.com